Ibuku adalah pahlawanku, beliau adalah satu-satunya orang yang berani berkorban apapun demi aku dan saudara-saudaraku, anaknya. Harta, nyawa, bahkan kehormatan-pun akan direlakan demi melihat senyum bahagia bibir kami. Teringat saat aku ataupun saudaraku sakit, ibu terlihat sangat tegar. Dengan penuh semangat dan motivasi yang selalu diucapkan, ibu sendirian membonceng kami dengan sepeda ontel tua peninggalan bapak kami. Tidak pernah terdengar beliau sedih apalagi mengeluh saat mengantar kami berobat. Meski aku-pun pernah melihat saat sendirian beliau minta pada Allah untuk mengganti sakit yang kami derita untuk dipindahkan ke tubuh beliau.
Ibuku lah ibu yang paling tegas yang kutemui. Ibu tidak segan marah terhadap kami saat kami melakukan kesalahan, bahkan mungkin cubitan kecil itu terkadang mampir ke paha kecil kami, karena memang pada saat itu kami adalah anak-anak yang masih nakal. Apalagi ibu telah berjuang sendirian membesarkan dan menyekolahkan kami tanpa bantuan dari seorangpun termasuk bapak kami. Karena bapak telah meninggalkan kami sejak adek kami yang paling kecil berumur 3th. Tapi sampai saat ini, ibu tidak pernah mengeluh membesarkan kami. Beliau terlihat sangat bangga karena kami telah dewasa dan bisa melanjutkan sekolah kami sampai ke perguruan tinggi.
Bila ada pepatah surga di telapak kaki ibu, mungkin itu adalah gambaran yang paling mulia untuk setiap pengorbanan yang telah beliau lakukan terhadap anak- anaknya. Tak hanya sebagai sosok yang lembut, ibu adalah seorang pendamping yang kuat bagi ayah untuk selalu menyemangati dikala pekerjaan kantor atau usaha sedang pasang surut.
Dimataku, ibu adalah segalanya. Pengorbanan terbesar dalam melahirkanku membuat dirinya mempertaruhkan seluruh nyawa. Bahkan setelah diriku lahir kedunia, ibu dengan penuh kesabaran selalu setia merawat ku sampai besar. Selama hidupnya perjuangan ibu tak kenal lelah, demi membantu ayah, ia pun rela ikut bekerja dari subuh hingga malam. Kadang kita sering membuat ibu bersedih dengan perbuatan yang kita lakukan, dan sering berkata tidak sopan sehingga menyakiti hatinya. Namun, setiap lontaran kata yang menyakitkan tak pernah diingatnya sebagai dendam.
Pendidikan yang lebih tinggi dari ibu terkadang membuat kita menjadi sombong seperti kacang lupa pada kulitnya. Contohnya saja, ketika Ia hanya bertanya bagaimana menggunakan handphone atau sekedar menyalakan DVD. Pemikiran malu dan emosi seringkali terlintas di benak kita. Tapi sadarkah, sikapnya yang tulus dan sabar dalam mengajarkan kita pertama kali membaca dan selalu bertanya kepadanya jika tak mengerti sejak kecil, hingga kita menjadi seorang sarjana merupakan contoh nyata rasa sayang tiada akhir kepada seorang anak.
Hari ini kusadari bahwa dirinya adalah sosok yang paling mulia. Seorang ayah mengajarkan kita bagaimana bertanggung jawab, tetapi seorang ibu yang menunjukan bagaimana cara mencintai dengan penuh cinta kasih. Pintanya tak banyak, hanya hidup rukun dalam bersaudara. Terimakasih untuk setiap doa yang selalu kau panjatkan setiap malam agar kami selalu hidup dalam penyertaan-Nya.
Terima kasih Ibu
Komentar
Posting Komentar